Pelecehan
Hai! Sebelumnya, gue mau ngucapin selamat pagi-siang-sore-malam-subuh, ya, bacanya sesuai keadaan kalian aja, ya.
Untuk kali ini, gue mau banget bahas pelecehan.
Hah? Seriusan pelecehan? Lo cuma anak 15 tahun dan tau apa soal pelecehan? Ew.
Pelecehaan nggak harus pegang-pegang, kan?
Ada banyak pelecehan yang dialami teman-teman sekolah gue, teman les gue, teman rumah gue, sahabat pena gue. Buat kalian, specially yang punya mental kuat, kalian udah banyak banget ngelakuin pelecehan terutama pada Si Korban. Tanpa kalian tau, ucapan yang kalian kira ‘hanya’ candaan, itu bisa aja jadi ‘pelecehan’ bagi Si Korban.
Si Korban atau orang yang mentalnya nggak kuat akan lebih mudah tersinggung, tersakiti, bahkan dia bisa sangat merasa direndahkan dengan ocehan nggak mutu dari kalian. Bisa-bisa, orang itu akan kepikiran apa yang kalian omongin ke dia dan nangis tengah malam karena merasa apa yang kalian bilang itu, 100% benar.
Biasanya, orang kayak gini, punya jalan pikir yang pendek dan gampang buntu.
Disini, gue nggak bisa ngomong rada formal. Terus terang, ini harus dibicarain blak-blakan dan kadang yang blak-blakan bisa jadi bomerang buat yang ngomong. Tapi, nggak apa-apa, soalnya gue udah 'gerah'.
Banyak banget orang-orang di sekitar gue merasa dirinya nggak guna di dunia ini karena ocehan orang-orang di sekitarnya yang nggak pernah sadar kalau itu udah nyakitin orang lain.
Kalian, untuk yang punya mental baja, nggak akan pernah ngerti apa yang lagi dirasain Si Korban ini kecuali kalau kalian emang jadi dia. Sering kali omongan kalian kayak;
“Najis, nggak guna lo, bego.”
“Gausah nangis, sih, gitu aja cengeng banget. Gue juga pernah punya masalah kayak lo tapi nggak selebay ini.”
“Nggak usah banyak gaya. Bentukan badan lo aja udah kayak gajah.”
“Bego banget, sih. Masa pelajaran gini aja nggak bisa ngerti? Nanya mulu sama gue. Lu mending nggak usah hidup kalau bisanya nyusahin orang.”
Ocehan yang begini ini, nih, yang buat orang merasa terpojokan dan merasa dirinya nggak guna. Kata-kata umpatan kayak ‘nggak guna’, ‘bego’, ‘nyusahin orang’ itu kalian ucapin tanpa mikirin orang yang dikatain.
Mungkin, sebagian dari kalian, menganggap itu Cuma candaan. Cuma. Oke, kata cuma itu bentuknya relatif, gue harus banget, ya, garis bawahin kata Cuma?
Kalian tau nggak? Kata-kata kayak gitu benar-benar nggak pantas diucapin. Gue pribadi sering banget ngedenger kata-kata itu di lingkungan sekolah. Dan, gue benar-benar risih sama kalimat-kalimat kayak gitu. Oh, iya, kalian bisa, lho, ganti kalimat-kalimat itu dengan kalimat yang lebih baik dan cenderung memotivasi teman-teman yang punya Mental Illnes. Contohnya begini;
“Lain kali, kalau lo nggak bisa, lo bisa minta tolong yang lain.”
“Lo nggak akan bisa nyelesaiin masalah kalau nangis terus, Cuy. Keep fighting!”
“Belajar bareng, kuy!”
Dan, masih banyak lagi kalimat yang pantas untuk kalian ucapin ke orang. Kalian nggak tau, ya, kalau ini termasuk bully. Atau, kalian emang pura-pura nggak tau?
Di lingkungan gue juga banyak cowok-cowok yang selalu merendahkan perempuan. Menurut gue, itu benar-benar nggak layak buat dijadiin bercandaan. Serius, gue nggak bohong. Gue pernah denger Quotes dari film remaja Indonesia, tapi gue lupa judulnya apa. Bunyinya gini, nih;
Cuma orang yang nggak berpendidikan yang bercandain harga diri wanita.
Gue setuju banget sama hal yang ini. Lo benar-benar nggak pantas ngomong hal-hal yang memalukan ke perempuan di depan lo. Contoh kecilnya, lo ngomong macem gini, nih, ke teman-teman lo untuk ngeledekin perempuan itu, terutama ke perempuan yang kalian nggak tau kalau ternyata dia punya perasaan yang sensitif.
“Punya lo gede juga, ya.”
“Lo kalau ngomong jangan kayak mendesah, dong.”
“Ukuran berapa? 36B?”
“Eh, tadi gue liat si A ngantongin pembalut warna oren.”
“Gue kalau deket-deket si A suka terangsang, Njir.”
“Tanya aja si A, dia kan punyanya gede. Kalau jalan, kadang suka bongkok saking gedenya.”
Seriusan? Gue geli banget kalau orang ngomong kayak gitu. Menurut gue, itu benar-benar nggak bisa diganti lagi dengan kata yang lebih sopan. Cowok yang suka ngomong itu ke perempuan di depan teman-temannya dan membuat perempuan itu ditertawakan serta merasa dipermalukan, dan lebih parah lagi direndahkan, benar-benar nggak bisa dijadiin panutan untuk anaknya nanti.
Gue sering banget denger kalimat tersebut dan itu bener-bener nggak pantas. Gue muak aja gitu kalau denger cowok jadiin hal tersebut candaan yang sama sekali nggak pantas.
Gue juga sering banget mikir kayak gini, nih;
“Emangnya tuh cowok nggak takut, ya, kalau anaknya digituin sama temannya nanti?”
“Gimana ya kalau Ibunya tuh cowok dilecehin gitu sama orang nggak dikenal dan jadi bahan tertawaan satu lingkungan?”
Buat kalian yang baca ini, gue yakin kalian udah bisa melihat dengan cara luas untuk ke depan. Kalian nggak mau kan kalau anak-anak kalian nanti atau Ibu kalian sendiri, atau saudara perempuan kalian dijadiin bahan candaan oleh Si Mental Baja yang Terkadang belum Berperasaan dan Cowok yang Suka Ngerendahin Perempuan.
Kalian pernah mikir nggak, sih, kalau nanti ada yang bilang gini ke anak kalian, atau Ibu kalian, atau juga saudara perempuan kalian;
“Bu, punya Ibu gede juga, ya.”
“Ibu kalau ngomong jangan kayak mendesah, dong.”
“Ukurannya berapa, Dek? 36B?”
“Eh, Mbak, ini saya pembalutnya beli dimana? Ajarin cara pakainya bisa kali.”
“Oh, ini Ibu B, ya? Yang kalau jalan, dadanya nonjol banget, kan?”
Pernah, nggak?
Gue sekarang lebih sering mendengar ocehan nggak mutu kayak gitu daripada omongan yang sama sekali nggak ada unsur merendahkan perempuan. Omongan membanggakan perempuan udah jarang banget gue denger. Suer, bener-bener jarang.
Dulu, gue jaraaaaaang banget mendengar ocehan nggak mutu yang merendahkan perempuan.
Dulu, gue punya banyak teman cowok yang membuat gue merasa ‘aman’ kalau deket-deket dia. Dan, yang paling membuat gue ‘aman’ temenan sama dia adalah Trio X.
Kalau kalian mau kenalan, nanti gue kenalin, deh. Kalian bisa ngerasain sendiri rasanya bercanda sama orang yang nggak pernah mgerendahin perempuan. Mereka suka banget bercanda, tapi tutur kata dan ucapannya seperti pelajar yang benar-benar terpelajar. Mereka nggak pernah bercanda yang membuat perempuan tersinggung. Bahkan mereka benar-benar bisa mikir jauh ke depan.
Omongan-omongan mereka bisa membuat kalian kagum dan benar-benar ‘aman’. Mereka sering banget ngucapin hal-hal yang nggak gue sangka sebelumnya.
“Gue nggak mau nyakitin cewek, Ca. Gue takut kalau adik perempuan gue disakitin.”
“Kasian Mami gue kalau anak cowoknya nggak bisa ngehargain perempuan, Ca.”
“Gue emang sering berantem sama Kakak gue, Ca. Tapi, gue nggak mau Kakak Perempuan gue diberantemin sama orang.”
See? Ucapan kayak gitu benar-benar ngebuat gue kagum sama Trio X. Gue sering banget berandai-andai kalau semua cowok bisa jadi laki-laki kayak mereka. Tapi, gue sadar ini nggak mungkin.
Munafik banget kalau gue buat blog kayak gini tanpa menyindir siapa-siapa. Jelas, doong, gue menyindir kalian para cowok yang belum menjadi lelaki dan Si Mental Baja yang Kadang Belum Berperasaan.
Gue yang nulis beginian juga belum benar semua. Gue dan kalian, mungkin hanya sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Semoga, kalian dan khususnya gue bisa berpikir dulu kalau berbicara. Gue buat ginian karena gue bener-bener gerah sama ucapan yang bisanya ngerendahin perempuan, terutama di kalangan pelajar.
Segini aja, ya. Gue takut diciduki sama kalian yang merasa nggak terima. Ini hanya pendapat gue aja, kalau kalian punya pendapat kalian sendiri, silahkan buat blog sendiri atau komen pendapat kalian disini! Gue sangat bersyukur kalau ada banyak orang yang melihat hal ini dari banyak sudut pandang.
Regards,
Salsa
Untuk kali ini, gue mau banget bahas pelecehan.
Hah? Seriusan pelecehan? Lo cuma anak 15 tahun dan tau apa soal pelecehan? Ew.
Pelecehaan nggak harus pegang-pegang, kan?
Ada banyak pelecehan yang dialami teman-teman sekolah gue, teman les gue, teman rumah gue, sahabat pena gue. Buat kalian, specially yang punya mental kuat, kalian udah banyak banget ngelakuin pelecehan terutama pada Si Korban. Tanpa kalian tau, ucapan yang kalian kira ‘hanya’ candaan, itu bisa aja jadi ‘pelecehan’ bagi Si Korban.
Si Korban atau orang yang mentalnya nggak kuat akan lebih mudah tersinggung, tersakiti, bahkan dia bisa sangat merasa direndahkan dengan ocehan nggak mutu dari kalian. Bisa-bisa, orang itu akan kepikiran apa yang kalian omongin ke dia dan nangis tengah malam karena merasa apa yang kalian bilang itu, 100% benar.
Biasanya, orang kayak gini, punya jalan pikir yang pendek dan gampang buntu.
Disini, gue nggak bisa ngomong rada formal. Terus terang, ini harus dibicarain blak-blakan dan kadang yang blak-blakan bisa jadi bomerang buat yang ngomong. Tapi, nggak apa-apa, soalnya gue udah 'gerah'.
Banyak banget orang-orang di sekitar gue merasa dirinya nggak guna di dunia ini karena ocehan orang-orang di sekitarnya yang nggak pernah sadar kalau itu udah nyakitin orang lain.
Kalian, untuk yang punya mental baja, nggak akan pernah ngerti apa yang lagi dirasain Si Korban ini kecuali kalau kalian emang jadi dia. Sering kali omongan kalian kayak;
“Najis, nggak guna lo, bego.”
“Gausah nangis, sih, gitu aja cengeng banget. Gue juga pernah punya masalah kayak lo tapi nggak selebay ini.”
“Nggak usah banyak gaya. Bentukan badan lo aja udah kayak gajah.”
“Bego banget, sih. Masa pelajaran gini aja nggak bisa ngerti? Nanya mulu sama gue. Lu mending nggak usah hidup kalau bisanya nyusahin orang.”
Ocehan yang begini ini, nih, yang buat orang merasa terpojokan dan merasa dirinya nggak guna. Kata-kata umpatan kayak ‘nggak guna’, ‘bego’, ‘nyusahin orang’ itu kalian ucapin tanpa mikirin orang yang dikatain.
Mungkin, sebagian dari kalian, menganggap itu Cuma candaan. Cuma. Oke, kata cuma itu bentuknya relatif, gue harus banget, ya, garis bawahin kata Cuma?
Kalian tau nggak? Kata-kata kayak gitu benar-benar nggak pantas diucapin. Gue pribadi sering banget ngedenger kata-kata itu di lingkungan sekolah. Dan, gue benar-benar risih sama kalimat-kalimat kayak gitu. Oh, iya, kalian bisa, lho, ganti kalimat-kalimat itu dengan kalimat yang lebih baik dan cenderung memotivasi teman-teman yang punya Mental Illnes. Contohnya begini;
“Lain kali, kalau lo nggak bisa, lo bisa minta tolong yang lain.”
“Lo nggak akan bisa nyelesaiin masalah kalau nangis terus, Cuy. Keep fighting!”
“Belajar bareng, kuy!”
Dan, masih banyak lagi kalimat yang pantas untuk kalian ucapin ke orang. Kalian nggak tau, ya, kalau ini termasuk bully. Atau, kalian emang pura-pura nggak tau?
Di lingkungan gue juga banyak cowok-cowok yang selalu merendahkan perempuan. Menurut gue, itu benar-benar nggak layak buat dijadiin bercandaan. Serius, gue nggak bohong. Gue pernah denger Quotes dari film remaja Indonesia, tapi gue lupa judulnya apa. Bunyinya gini, nih;
Cuma orang yang nggak berpendidikan yang bercandain harga diri wanita.
Gue setuju banget sama hal yang ini. Lo benar-benar nggak pantas ngomong hal-hal yang memalukan ke perempuan di depan lo. Contoh kecilnya, lo ngomong macem gini, nih, ke teman-teman lo untuk ngeledekin perempuan itu, terutama ke perempuan yang kalian nggak tau kalau ternyata dia punya perasaan yang sensitif.
“Punya lo gede juga, ya.”
“Lo kalau ngomong jangan kayak mendesah, dong.”
“Ukuran berapa? 36B?”
“Eh, tadi gue liat si A ngantongin pembalut warna oren.”
“Gue kalau deket-deket si A suka terangsang, Njir.”
“Tanya aja si A, dia kan punyanya gede. Kalau jalan, kadang suka bongkok saking gedenya.”
Seriusan? Gue geli banget kalau orang ngomong kayak gitu. Menurut gue, itu benar-benar nggak bisa diganti lagi dengan kata yang lebih sopan. Cowok yang suka ngomong itu ke perempuan di depan teman-temannya dan membuat perempuan itu ditertawakan serta merasa dipermalukan, dan lebih parah lagi direndahkan, benar-benar nggak bisa dijadiin panutan untuk anaknya nanti.
Gue sering banget denger kalimat tersebut dan itu bener-bener nggak pantas. Gue muak aja gitu kalau denger cowok jadiin hal tersebut candaan yang sama sekali nggak pantas.
Gue juga sering banget mikir kayak gini, nih;
“Emangnya tuh cowok nggak takut, ya, kalau anaknya digituin sama temannya nanti?”
“Gimana ya kalau Ibunya tuh cowok dilecehin gitu sama orang nggak dikenal dan jadi bahan tertawaan satu lingkungan?”
Buat kalian yang baca ini, gue yakin kalian udah bisa melihat dengan cara luas untuk ke depan. Kalian nggak mau kan kalau anak-anak kalian nanti atau Ibu kalian sendiri, atau saudara perempuan kalian dijadiin bahan candaan oleh Si Mental Baja yang Terkadang belum Berperasaan dan Cowok yang Suka Ngerendahin Perempuan.
Kalian pernah mikir nggak, sih, kalau nanti ada yang bilang gini ke anak kalian, atau Ibu kalian, atau juga saudara perempuan kalian;
“Bu, punya Ibu gede juga, ya.”
“Ibu kalau ngomong jangan kayak mendesah, dong.”
“Ukurannya berapa, Dek? 36B?”
“Eh, Mbak, ini saya pembalutnya beli dimana? Ajarin cara pakainya bisa kali.”
“Oh, ini Ibu B, ya? Yang kalau jalan, dadanya nonjol banget, kan?”
Pernah, nggak?
Gue sekarang lebih sering mendengar ocehan nggak mutu kayak gitu daripada omongan yang sama sekali nggak ada unsur merendahkan perempuan. Omongan membanggakan perempuan udah jarang banget gue denger. Suer, bener-bener jarang.
Dulu, gue jaraaaaaang banget mendengar ocehan nggak mutu yang merendahkan perempuan.
Dulu, gue punya banyak teman cowok yang membuat gue merasa ‘aman’ kalau deket-deket dia. Dan, yang paling membuat gue ‘aman’ temenan sama dia adalah Trio X.
Kalau kalian mau kenalan, nanti gue kenalin, deh. Kalian bisa ngerasain sendiri rasanya bercanda sama orang yang nggak pernah mgerendahin perempuan. Mereka suka banget bercanda, tapi tutur kata dan ucapannya seperti pelajar yang benar-benar terpelajar. Mereka nggak pernah bercanda yang membuat perempuan tersinggung. Bahkan mereka benar-benar bisa mikir jauh ke depan.
Omongan-omongan mereka bisa membuat kalian kagum dan benar-benar ‘aman’. Mereka sering banget ngucapin hal-hal yang nggak gue sangka sebelumnya.
“Gue nggak mau nyakitin cewek, Ca. Gue takut kalau adik perempuan gue disakitin.”
“Kasian Mami gue kalau anak cowoknya nggak bisa ngehargain perempuan, Ca.”
“Gue emang sering berantem sama Kakak gue, Ca. Tapi, gue nggak mau Kakak Perempuan gue diberantemin sama orang.”
See? Ucapan kayak gitu benar-benar ngebuat gue kagum sama Trio X. Gue sering banget berandai-andai kalau semua cowok bisa jadi laki-laki kayak mereka. Tapi, gue sadar ini nggak mungkin.
Munafik banget kalau gue buat blog kayak gini tanpa menyindir siapa-siapa. Jelas, doong, gue menyindir kalian para cowok yang belum menjadi lelaki dan Si Mental Baja yang Kadang Belum Berperasaan.
Gue yang nulis beginian juga belum benar semua. Gue dan kalian, mungkin hanya sedang berusaha menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Semoga, kalian dan khususnya gue bisa berpikir dulu kalau berbicara. Gue buat ginian karena gue bener-bener gerah sama ucapan yang bisanya ngerendahin perempuan, terutama di kalangan pelajar.
Segini aja, ya. Gue takut diciduki sama kalian yang merasa nggak terima. Ini hanya pendapat gue aja, kalau kalian punya pendapat kalian sendiri, silahkan buat blog sendiri atau komen pendapat kalian disini! Gue sangat bersyukur kalau ada banyak orang yang melihat hal ini dari banyak sudut pandang.
Regards,
Salsa
Komentar
Posting Komentar